Rabu, 11 Maret 2009

Behind The Shine Scene of Dubai

Tulisan ini juga sekaligus merupakan tugas buat mata kuliah Pengantar Rekayasa Infrastruktur FTSL ITB angkatan 2008. Isinya tentang Dubai, kota termegah di Timur Tengah. Berhubung tugasnya disuruh untuk menganalisis, ya sudah saya analisis, khususnya tentang :
  1. Mengapa Dubai begitu luar biasa pembangunan dan perkembangannya?
  2. Apakah ada masalah - masalah dibalik kemajuan Dubai yang bgitu pesat?
  3. Prediksi masa depan soal perkembangan Dubai di masa yang akan datang?
Buat teman - teman FTSL, silahkan dan mari berbagi pikiran soal analisisnya. Analisisku udah aku attach di bawah. Mudah - mudahan bermanfaat.

Regards.

Senin, 09 Maret 2009

Ironisnya sebuah PTS kaya a.k.a UPH

Dies Emas ITB lagi - lagi memberiku cerita. Ada cerita tentang sebuah majalah, yang ikut menempatkan stand-nya di acara pameran di kampus ITB. Majalah ini memberikan 2 macam majalah gratis tiap harinya selama 5 hari. Majalah tentang education, dan bernama CAMPUS ASIA. Majalah yang aku kagum pertamanya, karena first impression-nya adalah, ini majalah yang menarik, dan menerbitkan tema tentang edukasi, terutama edukasi tentang kampus.

3 majalah sudah kudapat selama 3 hari pula aku mengambilnya secara rutin di stand-nya. Baru sempat kubaca memang setelah 3 hari, gakpapa, kemaren masih disibukkan dengan hal lain.

Damn! Ini...heran...majalah ini berisi tentang UPH semua. Itu reaksi setelah membaca majalah yang pertama. Banyak acara UPH yang disorot dalam majalah itu. Banyak pula iklan UPH disitu. Ah, paling hanya kebetulan di edisi itu saja.

Majalah kedua, tampaknya wajah yang kulihat di cover edisi itu orang yang kukenal. Masuk ke cover story, ternyata beliau James Riady, bos Lippo Group alias pemilik UPH. Ya ampun, UPH lagi, UPH lagi. Dan di dalamnya kulihat lagi banyak berita dan iklan tentang UPH. YA ampun. Gak mungkin ini sebuah kebetulan. Sudah cukup, aku sudah cukup mengerti.

Parah juga, coba kulihat di bagian redaksinya. Ternyata, memang tak kulihat nama - nama yang menunjukkan kalo itu majalah punya UPH. Yang lebih heran, ternyata pemimpinnya Rizal Ramli. Kok bisa? Heran, ini majalah apa? Rizal Ramli alumni ITB dan dahulu aktivis, sampai sekarang, bisa - bisanya di belakang sebuah majalah ini. Majalah yang gak jelas seperti ini.

Ingatanku soal UPH teringat kembali saat pembicaraan dengan temanku, Goklas, yang mengatakan bahwa dulu UPH pernah masuk perguruan tinggi terbaik nomor dua, setelah ITB, dalam sebuah award yang diselenggarakan sebuah majalah. Karena penasaran, kucari, selidik ternyata award tersebut dari majalah CAMPUS ASIA. Damn!

Boleh dibilang UPH licik, menurutku. Seharusnya majalah itu bersikap netral dalam pengemasannya. Tidak ada embel - embel cap UPH, sehingga terlihat seperti majalah netral. Namun, melihat kedalam nampaknya semua berubah drastis. Apalagi, UPH seolah - olah sudah kehabisan akal dengan metode promosinya. Image UPH yang begitu wah dan megah begitu terlihat di majalah tersebut. Hal yang tidak seharusnya di tempat seperti itu.

Kesimpulannya, sungguh ironis untuk sebuah UPH. Mestinya mereka tidak melakukan promosi serendah itu. Promosi yang mereka lakukan ternyata sangat tidak sehat, yang menggunakan dana besar. Sungguh bukti nyata komersialisasi pendidikan yang luar biasa. Disertai harapan, masih banyak pembaca cerdas yang mau memberikan pengertian kepada orang lain tentang apa yang mereka baca, sadari, dan yang mereka ironiskan dari sebuah UPH.

Jumat, 06 Maret 2009

"Aku mendua!"

kata Tika, temanku anak FTMD ITB yang kayak cowok,ups,he2. Teman seperjuangan di Boulevard, unit yang kita ikutin bareng, teman yang juga bisa diajak ngobrol dengan bahasa Jawa, karena asalnya dia yang dari Semarang.

Sore pas di sekre panpel, berhubung aku bolos kumpul Boulevard, mendadak dia bilang kalo aku udah mendua, tak lagi lagi setia sama Boulevard. Entah maksudnya apa, nanti deh kutanya, yang penting aku senang dia bilang begitu, walaupun aku nggak tahu apakah itu berarti sebuah pengharapan besar agar aku setia sama Boulevard, tapi banyak juga pembelaan yang akan kuberikan kalo memang benar itu sebuah kritikan.

Memang sebelumnya aku sempat dicalonkan buat menjabat jadi Redaktur Artistik yang wow!, cukup hebat juga disandang. Tentunya dengan pertanggungjawaban dibaliknya. Mungkin dari situ aku diharapkan untuk lebih. Tapi setelah sekarang tidak jadi memegang jabatn tersebut, dan aku yang menurun gairah ber-Boulevard-ku, bukan berarti itu menunjukkan memang aku payah, dan untungnya aku tidak menjabat Redaktur Artistik. Tapi, automatically pikiranku merasa bahwa setelah tidak terpilih, aku langsung mengartikan bahwa berarti aku bisa lebih mempunyai kesempatan untuk mencari ilmu dan mengembangkan wawasan di luar sana. Bukan berarti aku kecewa karena tidak terpilih, bukan karena aku memang tidak pantas,terbukti dengan ini. Tidak! Aku hanya pengen memanfaatkan waktu ini, bila nantinya aku dicalonkan kembali dan terpilih, aku sudah tidak lagi "terbang" keluar dan aku siap benar2 fokus disitu.

Itulah pikiranku sampai sekarang. Dan aku yakin dengan pikiranku.
Pikiran yang kuikuti dengan langkah perlahan, pasti, tanpa meninggalkan Boulevard di belakang.

Itulah Tika, makasih buat kritikan yang spontan, singkat, lugas, tetapi termakna jujur sekali. Dengan kritikan itu, two thumbs up friends...u make me awake with my steps...

Mudah2an kelak kita terus bersama - sama di Boulevard, dan membuatnya besar...

:)

Antara Kedokteran dan Manajemen

Hari ini ada adik kelasku sma, curhat dan tanya - tanya soal program studi, sekalian minta bantuan soal pendaftaran di sebuah jurusan mahal di kampusku.

Kasihan juga liat dia, mengingat sepertinya dia tidak tau apa - apa. Ya sudahlah, toh aku juga tidak terganggu. Aku bantu dia, kasih file2 info dan pendaftarannya. Lumayan sih, untung info untuk tes pendaftarannya cukup lengkap ada di websitenya. Jadi aku gak perlu repot - repot buat nyari.

Denger dia curhat, terlihat juga dia cemas soal ujian yang nanti akan dihadapinya. Dia malah sibuk nanya2 soal nanti soalnya kayak apa. Aneh juga. Biasanya ada seorang adik kelas nanya pertama kali adalah jurusan apa yang akan diambilnya. Biasanya sih gitu pertamanya. Tapi ini enggak, ya baguslah, pikirku. Tapi setelah aku tanya, jurusan apa yang dia ambil, dan jawaban yg keluar sungguh mengejutkan. Dia pengen ngambil kedokteran dan manajemen. Wew!

Ya gakpapa sih. Tapi setelah aku tanya dan kenapa kamu mau daftar itu, this is the point. Her parent, especially her mom, is behind that all!! Its ok sih. Mamanya perhatian banget sama dia. Senengnya, mamanya punya background akademis dan pengalaman bagus, didukung dengan dana yang kuat. :D

Tapi, kasihan juga aku liatnya. Tampaknya anak itu sama sekali tidak punya gambaran soal jurusan lain. Gak masalah juga sebenernya, tapi masak sih dia hanya tau hal sedikit itu. Dia gak membuka diri untuk mencari tau jurusan lain. Bahkan saking parahnya, dia gak mau masuk jurusan manajemen tadi tapi di perguruan tinggi negeri yang berbeda. What??!! Padahal jurusannya sama - sama manajemen, sama2 PTN, hanya beda tempat. Dan yang dia inginkan adalah di tempat yang jurusan itu berdiri belum lama dan jauh lebih mahal. Jadi apa yang sebenernya dia cari?

Aku termasuk beruntung dibebaskan memilih tempat kuliah, walaupun aku sempat tidak bertanggung jawab dan memutuskan pindah jurusan,sebelum semuanya terlambat. Gara - gara pengalaman itu, aku termasuk ngerti problem bab kayak gitu. Apalagi dulu sebelum lulus sma aku merasa sudah mempelajari semua jurusan, mana yang bagus, yang aku suka, dll. Itupun aku ngrasa gak puas, dan akhirnya pindah. Nah, liat adik kelasku tadi, miris juga. Aku gak mendoakan dia akan menjadi sepertiku kelak, yang salah pilih,dan terpaksa pindah. Perbedaannya adalah nanti misalnya salah apa dia akan memaksa diri baik ikhlas ataupun tidak. Beda dengan aku, dulu aku mikir mending pindah daripada menyesal seumur hidup.

Jadi berpikir, tadi aku udah sedikit memberi gambaran sama tu anak. Mudah - mudahan dia ada sedikit gambaran. Gambaran soal pemilihan jurusan kuliah. Yang ternyata tidak mudah. Mudah2an sukses. Jadi kayak konsultan gini aku. He2.