Senin, 09 Maret 2009

Ironisnya sebuah PTS kaya a.k.a UPH

Dies Emas ITB lagi - lagi memberiku cerita. Ada cerita tentang sebuah majalah, yang ikut menempatkan stand-nya di acara pameran di kampus ITB. Majalah ini memberikan 2 macam majalah gratis tiap harinya selama 5 hari. Majalah tentang education, dan bernama CAMPUS ASIA. Majalah yang aku kagum pertamanya, karena first impression-nya adalah, ini majalah yang menarik, dan menerbitkan tema tentang edukasi, terutama edukasi tentang kampus.

3 majalah sudah kudapat selama 3 hari pula aku mengambilnya secara rutin di stand-nya. Baru sempat kubaca memang setelah 3 hari, gakpapa, kemaren masih disibukkan dengan hal lain.

Damn! Ini...heran...majalah ini berisi tentang UPH semua. Itu reaksi setelah membaca majalah yang pertama. Banyak acara UPH yang disorot dalam majalah itu. Banyak pula iklan UPH disitu. Ah, paling hanya kebetulan di edisi itu saja.

Majalah kedua, tampaknya wajah yang kulihat di cover edisi itu orang yang kukenal. Masuk ke cover story, ternyata beliau James Riady, bos Lippo Group alias pemilik UPH. Ya ampun, UPH lagi, UPH lagi. Dan di dalamnya kulihat lagi banyak berita dan iklan tentang UPH. YA ampun. Gak mungkin ini sebuah kebetulan. Sudah cukup, aku sudah cukup mengerti.

Parah juga, coba kulihat di bagian redaksinya. Ternyata, memang tak kulihat nama - nama yang menunjukkan kalo itu majalah punya UPH. Yang lebih heran, ternyata pemimpinnya Rizal Ramli. Kok bisa? Heran, ini majalah apa? Rizal Ramli alumni ITB dan dahulu aktivis, sampai sekarang, bisa - bisanya di belakang sebuah majalah ini. Majalah yang gak jelas seperti ini.

Ingatanku soal UPH teringat kembali saat pembicaraan dengan temanku, Goklas, yang mengatakan bahwa dulu UPH pernah masuk perguruan tinggi terbaik nomor dua, setelah ITB, dalam sebuah award yang diselenggarakan sebuah majalah. Karena penasaran, kucari, selidik ternyata award tersebut dari majalah CAMPUS ASIA. Damn!

Boleh dibilang UPH licik, menurutku. Seharusnya majalah itu bersikap netral dalam pengemasannya. Tidak ada embel - embel cap UPH, sehingga terlihat seperti majalah netral. Namun, melihat kedalam nampaknya semua berubah drastis. Apalagi, UPH seolah - olah sudah kehabisan akal dengan metode promosinya. Image UPH yang begitu wah dan megah begitu terlihat di majalah tersebut. Hal yang tidak seharusnya di tempat seperti itu.

Kesimpulannya, sungguh ironis untuk sebuah UPH. Mestinya mereka tidak melakukan promosi serendah itu. Promosi yang mereka lakukan ternyata sangat tidak sehat, yang menggunakan dana besar. Sungguh bukti nyata komersialisasi pendidikan yang luar biasa. Disertai harapan, masih banyak pembaca cerdas yang mau memberikan pengertian kepada orang lain tentang apa yang mereka baca, sadari, dan yang mereka ironiskan dari sebuah UPH.

1 komentar:

Adhamaski Pangeran mengatakan...

gw juga baca majalah itu.. gw juga kaget UPH semua, malah disitu tercantum univ.swasta no.1 yaaa UPH! ada2 aja emang! HAHAHHA, UPH = UANG PAPA HABIS!